Dalam debat perdana Penentuan Presiden (Pemilihan presiden) 2019, Kamis (17/1) lantas, Calon Presiden (Calon presiden) nomer urut 02, Prabowo Subianto, mengkritik kapasitas bidang pertanian selama saat pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Prabowo menyebutkan produksi pangan dalam negeri diklaim memenuhi, akan tetapi pemerintah justru banyak lakukan import.
Wakil Ketua Tubuh Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Mardani Ali Sera, menjelaskan, kapasitas bidang pertanian masih tetap butuh ditingkatkan. "Ya, bidang pertanian masih tetap jadi pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan," tutur Mardani, dalam tayangan wartawan yang di terima Investor Daily, di Jakarta, Sabtu (19/1).
Simak Juga : Harga Tandon Air dengan Harga Tangki Air
Menurut dia, sampai sekarang ini, pemerintah selalu lakukan import pangan. Berdasar pada data yang didapat BPN, swasembada pangan dipandang belumlah terwujud. Bahkan juga, luas tempat pertanian selalu alami penyusutan yang mencolok. "Belum juga permasalahan manajemen pupuk yang masih tetap amburadul, serta kesejahteraan petani yang begitu jauh dari keinginan. Jadi, memang ada banyak permasalahan di bidang pertanian," jelasnya.
Politisi dari PKS ini memberikan, semestinya pemerintahan Jokowi mengutamakan perbaikan bidang pertanian. "Ditambah lagi, sebagian besar penduduk Indonesia profesinya menjadi petani," tegasnya. Demikian sebaliknya, Wakil Ketua Team Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Johnny G Plate, menjelaskan, tingginya angka import pangan dalam negeri dikarenakan oleh konversi tempat pertanian sekitar 30 %.
Baca Juga : Harga Toren Air dengan Harga Triplek
"Konversi tempat ini, membuat jumah produksi pangan dalam negeri alami penurunan dengan prosentase yang sama. Perihal ini tidak sempat dibuka oleh pemerintahan awal mulanya. Keadaan yang berada di lapangan berlainan dengan diatas kertas," tegasnya.
Menurut dia, pemerintah telah berusaha untuk menangani terbatasnya supply pangan, sebab menyusutnya tempat pertanian, dengan lakukan import. Diluar itu, import pun dikerjakan menjadi usaha stabilisasi harga pangan sebab produksi yang menyusut dapat mengakibatkan gejolak harga.
Lebih jauh, Johnny memberikan, langkah import dikerjakan supaya harga pangan di market konstan. Dia memberikan contoh, jika produksi pangan menyusut serta keperluan naik, jadi harga beras di market akan tinggi. "Pekerjaan pemerintah tentu saja ialah memantapkan harga," pungkasnya.
Simak Juga : Harga Multiplek dengan Harga Triplek Melamin
Selain itu, pengamat politik, Emrus Sihombing, minta, Menteri Pertanian (Mentan) untuk buka data pangan dalam negeri. "Perihal ini mempunyai tujuan, supaya penduduk Indonesia tahu jumlahnya produksi pangan dalam negeri," kata Emrus.
No comments:
Post a Comment